Senin, 22 Februari 2010

Konsep Dasar REtailing




A.  Peranan Ritel dalam Kehidupan
       Dalam kehidupan sehari-hari, sebagai  manusia selalu dituntut memenuhi segala apa yang menjadi kebutuhan. Untuk itu kita selalu mrmilih berbagai macam pilihan baik dari jenis barang, harga ,tempat maupun sampai akhirnya mementukan pilihan pengecer mana sebaiknya dipilih.
        Berbagai jenis tawaran yang menarik dari berbagai jenis ritel , dalam upaya menarik konsumen dan memenuhi segala sesuatu  yang menjadi kebutuhan membuat para pengecer melakukan persaingan yang cukup kuat, satu sama lain memberikan tawaran yang menarik perhatian pembeli antara lain mulai dari penyediaan tempat yang menarik, strategis, mudah di jangkau, barang yang berkualitas, harga yang bersaing,  suasana dan disain tempat yang menarik. Maupun  berbagai jenis promosi yang mamapu menarik perhatian koionsumen. Hal ini menumbuhkan perhatian yang besar bagi konsumen untuk memenuhi segala kebutuhannya. Melalui para peritel tersebut satu sama lain memiliki cara untuk mrnarik perhatian konsumen. Untuk itu  Managemen ritel haruslah bisa menentukan keputusan mutlak dalam menyeleksi target pasar, penempatan toko, menentukan  merchandice apa yang akan dijual dan jasa yang diajukan, serta harus bisa bernegosiasi dengan supplier dan menentukan harganya, promosinya serta display merchandise-nya. Manager membuat teknologi yang mereka gunakan untuk menyediakan barang-barang dan pelayanan dan memilih siapa yang menjadi target pasar yang tepat atas produknya.
B. Sejarah perkembangan bisnis ritel di Indonesia
Ritel merupakan suatu bisnis yang dilakukan oleh seseorang maupun sekelompok orang dengan tujuan mendapatkan suatu keuntungan. Dalam perjalananya bisnis ini dapt digolongkan bisnis yang pedag alami masa yang cukup panjang. Perkembangan bisnis ritel terus-menerus mengalami perubahan yang sangat cepat. Hal ini diuraikan oleh Utami ( 2006 : 19 ) sebagai berikut  :
1.  Pada awalnya, sebelum tahun 1960-an : bisnis ritel Indonesia hanya merupakan ritel tradisional yang terdiri dari pedagang-pedagang independen
2.  Di tahun 1960-an : Era dibukanya ritel modern dengan format department store yang ditandai dengan dibukanya gerai ritel pertama Sarinah di jalan MH. Thamrin Jakarta .
3. Pada tahun 1970 – 1980-an : era perkembangan ritel modern dengan format supermarket, department store, yang ditandai dengan berkembangnya ritel modern seperti Matahari, Hero, Golden Truly, Pasar Raya, Ramayana .
4. Pada tahun 1990-an :  era perkembangan conventience store yang ditandai dengan maraknya pertumbuhan Indomaret dan .pertumbuhan high class departement store, branded boutigue (high fashion), perkembangan ini ditandai dengan masuknya Sogo, Metro, Seibu, Yaohan, Mark dan Spencer dan berbagai bentuk hgh fashion lainnya. Pertumbuhan cash dan carry yang ditandai dengan berdirinya Makro, diikuti oleh riteler lokal dengan format serupa misalnya Goro, Indogrosir dan Alfa.
4.            Di tahun 2000 – 2010 , era perkembangan baru dalam dunia eceran berupa hypermarket, factory outlet, category killer dan perkenalan dengan e-retailing seperti halnya hypermarket, ditandai dengan munculnya, continent hypermarket, Carrefour di tahun 1998, tahun 2002, dibukanya hypermarket Giant dan gerai hypermarket lainnya, sedang e-retailing contohnya riteler yang berbasis internet misalnya Sanur, Click and Drug dan Gramedia on-line.

Melihat perjalan ritel Indonesia  dapt dikatakan bahwa dalm  ritel merupakan bisnis yang tidaklah mudah, namun juga tidalk terlalu sulit. Kenabanyakan penbisnis yang sudaisnis , mrelakukan bisnis ini enggan untuk berpindah apalagi sampai meninggalkan bisnois ini. Walaupun telah bermunculan peritel dari Negara lain yang lebih kompetituif dan memiliki tekhnologi yang lebih maju,  ini tidak mematahkan semangat dari peritel yang dikelola secra tradisional untuk melakukan perbaikan –perbaikan dalm melakukan bisnis tritel , Kare,na mereka memiliki suatu keyakinan untuk dapat maju dan terus berkembang untuk dapat mengimbangi peritel moderen.

C. Pengertian ritel
Pengertian ritel tidak terlepas dari adanya kebutuhab dari konsumen, bisnis ini tumbuh bermula dari adanya lkebutuhan konsumen. Konsumen adalah seseorang yang sangat menentukan besarnya profit yang akan diperoleh oleh sebuah perusahaan, melalui keputusan-keputusan membeli produk barang atau produk jasa yang ditawarkan. Dengan demikian, motivasi konsumen dan keputusan mereka untuk berbelanja benar-benar menetukan kelangsungan hidup suatu usaha atau bisnis ritel misalnya seseorang merasa lapar maka dia butuh makan dan butuh mencarui peritel makanan mana yang sesuai dan cocok dengan sellear nya. Jadi yang dimaksud pengecer adalaha segala aktivitas yang dilakukan dalam  menjual baik terhadap barang maupun jasa dalm rangka memenuhi kebutuhan pelanggan sasaran. Dalam bisnis eceran tidak hanya melibatkan jenis barang tetepi dapat juga berupa jasa, seperti bisnis perbabgkan. Dokter, rekreasi dan aktivitas launnya yang dapat memenuhi kebu.tuhan pelanggan sasaran.
  Jadi yang dimaksud dengan pengecer adalah seg




  1. Discount Stores. Toko diskon.
Discount Store atau toko diskon adalah toko pengrecer yang menjual berbagai harga yang murah dan memberikan pelayanan yang minimum. Contohnya adalah ,Makro dan Alfa.

  1. Speciality Stores/ Toko produk Spesifik.
Toko produk spesifik adalah merupakan took eceran yang menjual barang –barang jenis lini produk tertentu saja yang bersifat spesific. Contoh specialituy store adalah toko buku gramedia, toko music disctarra, toko obat guardian dan banyak lagi.

  1. Depatement Stores.
Adalah suatu took eceran yang berskala besar yang pengelolaannnya dipisah dan dibagi menjadi bagian departemen-departement yang menjual macam barang yang berbeda-beda. Contohnya seperti Ramayana, robinson, rimo dan sebagainya .
  1. Convinience Stores.
Adalah took pengecer yang menjual jenis item produk yang terbatas, bertempat di tempat yang nyaman dan jam buka panjang. Contoh minimarket alfa dan indomaret.

  1. Catalog Stores.
Adalah suatu jenis took yang memberikan banyak informasi produk melalui media catalog yang dibagikan kpeada para konsumen potensial. Took catalog biasanya memiliki jumlah persediaan barang yang banyak.

  1. Chain Stores.
Chain stores adalah took pengecer yang mimiliki lebih dari satu gerai dan dimiliki oelh perusahaan yang sama.

  1. Supermarket.
Supermarket adalah toko eceran yang menjual lebih dari satu gerai dan dimiliki oleh perusahaan yang sama .

  1. Hypermarket.
Adalah toko eceran yang menjual jenis barang dalam jumlah yang sangat banyak atau lebih dari 50.000 item dan melingkupi banyak jenis produk. Hipermarket adalah gabungan antara retailer toko diskon dengan hipermarket. Contohnya anatara lain hipermarket giant, hipermarket hypermart dan hypermarket carrefour.

Konsumen adalah seseorang yang sangat menentukan besarnya profit yang akan diperoleh oleh sebuah perusahaan, melalui keputusan-keputusan membeli produk barang atau produk jasa yang ditawarkan. Dengan demikian, motivasi konsumen dan keputusan mereka untuk berbelanja benar-benar menetukan kelangsungan hidup suatu usaha atau bisnis.

Dahulu konsumen membelanjakan uangnya hanya untuk mendapatka produk semata, baik produk barang ataupun jasa. Namun saat ini, konsumen telah mulai beralih kepada apa yang dikenal dengan ’service’ atau pelayanan. Masalah waktu belanja yang terbatas, terutama dikota-kota dan meningkatnay jumlah wanita bekerja, dan anggaran belanja yang ketat seiring dengan menurunnya daya beli, telah membuat konsumen benar-benar harus dapat membelanjakan uangnya secara tepat.


Terdapat dua alasan utama yang mengharuskan para pengecer untuk mulai merubah cara
mereka menjalankan bisnisnya, yaitu:

1. Alasan pertama adalah perubahan pola belanja dan tingkah laku belanja seperti yang  telah dikemukakan di atas.
2. Alasan ke dua adalah munculnya persaingan yang sangat ketat diantara para pemain di bisnis ini. Pengecer harus mencari, menerima dan menerapkan ide-ide atau cara-cara baru yang dapat membuatnya selangkah lebih maju dibandingkan kompetitornya





Menurut  Rosenberg, Iris. S (1988: 02-10)

Retailing adalah bisnis yang menjual produk dan jasa pada konsumen untuk kebutuhan pribadi atau keluarga. Retail juga merupakan bisnis terakhir dalam jalur distribusi yang menghubungkan manufactur dengan konsumen.
Manufaktur membuat produk dan menjualkannya pada retailer atau semua pedagang. Pedagang membeli produk dari menufaktur dan menjual kembali produk tersebut untuk para pengecer (rertailer). Saat pengecer menjual produknya lagi kepada konsumen, pedagang dan pengecer menampilkan kesamaan fungsi yang dijabarkan di kesempatan berikutnya.
 Namun pedagang memuaskan kebutuhan pengecer, saat pengecer mengatakan kemajuan mereka untuk kebutuhan kepuasan pada konsumen akhir.

Jalur Distribusi:
Manufaktur→ Pedagang → Pengecer→ Konsumen.


Pengecer mengatasi aktivitas bisnis dengan menampilkan fungsi yang meningkatkan nilai dari produk dan jasa yang dijualnya pada konsumen.
Fungsinya, yaitu:

  1. menyediakan pemilihan Produk dan Jasa.
  2. Pejualan besar-besaran.
  3. Terbatasnya persediaan.
  4. Menyediakan Jasa.

Keterangan, sebagai berikut:

  1. Menyediakan pemilihan Produk dan Jasa.
Manufaktur secara khusus memproduksi tipe tertentu dari sebuah produk.
Contoh: Cambell membuat soup, Kraft membuat produk sehari-hari, Kell agg membuat perusahaan sereal dan sebagainya. Jika tiap manufaktur ini mempunyai tokonya masing-masing yang hanya menjual produk mereka saja, maka akan menyulitkan konsumen dari segi pemikiran akan kebutuhan produk lain. Maka dengan adanya pengecer, kita bisa pergi ke berbagai macam toko apapun yang banyak pilihannya.

  1. Penjualan besar-besaran.
Untuk mendaur biaya transportasi, manufaktur dan pedagang nantinya akan memindahkan produk di kuantitas terkecil untuk konsumen individual dan rumah penampungan pola konsumsi.


  1. Persediaan terbatas.
Bagian fungsi dari pengecer adalah utnuk menjaga persediaan sehingga produk selalu tersedia ketika konsumen menginginkannya. Konsumen dapat menyimpan lebih sedikit persediaan produk dirumah, karena mereka tahu bahwa retail mempunyai produk yang tersedia ketika mereka menginginkan lebih.

  1. Menyediakan Jasa.
Pengecer menyediakan jasa yang dapat memudahkan bagi pelanggan untuk membeli dan menggunakan produk itu. Mereka menyediakan bentuk kredit bagi konsumen, jadi konsumen dapat memiliki produknya kapan saja dan bisa membayarnya kemudian. Lalu mereka pun memajang produknya, jadi konsumen dapat melihat serta mencobanya sebelum melakukan transaksi pembelian.


Menurutnya dalam bukunya "The Structure of Scientific Revolution", kita sebenarnya dikuasai atau diperintah oleh paradigma atau pola pikir masing-masing. Hal inilah yang membuat seseorang tidak dapat menerima segala sesuatu yang baru. Paradigma adalah sebuah pola atau model yang merupakan sekumpulan kebiasaan dan aturan yang ada dalam kehidupan seseorang.
Paradigma merupakan hasil dari aturan-aturan, norma-norma, kebiasaan-kebiasaan, dan paham-paham yang telah tertanam kuat pada diri seseorang.
Dengan demikian, suatu paradigma dapat mengakibatkan hal-hal serius seperti
  1. membutakan pebisnis terhadap kesempatan-kesempatan baru
  2. menghalangi seseorang untuk membuat keputusan yang kreatif dan inovatif
  3. mengaburkan kita terhadap strategi-strategi efektif yang dilakukan oleh manajemen
  4. membuat seseorang mengabaikan pasar-pasar baru.
Ia mengemukakan bahwa paradigma bertindak sebagai sebuah filter yang menyaring data atau informasi yang masuk ke pikiran atau otak kita. Hanya data atau informasi yang sesuai dengan paradigma kita yang dapat masuk dengan mudah.
Ke arah mana bisnis eceran berjalan saat ini ? Melihat kembali ke awal tulisan ini, bisnis eceran di Indonesia telah dan sedang digiring kepada suatu ide baru yang dikenal dengan istilah 'customer driven' untuk menanggapi adanya pola belanja dan tingkah laku belanja konsumen yang telah berubah.
'Customer driven' adalah mengorientasikan atau mengarahkan bisnisnya sesuai dengan keinginan dan kemauan konsumen, bukan keinginan dan kemauan pebisnis. Dengan filosofi 'customer driven', pengecer harus mendasarkan semua keputusan bisnisnya kepada pelayanan untuk konsumen dan untuk kepuasan konsumen. Setiap orang dalam organisasi tersebut harus menyadari sepenuhnya bahwa melayani konsumen merupakan bisnis mereka satu-satunya.

Banyak perusahaan telah merubah 'apa yang mereka katakan', bukan 'apa yang mereka lakukan ' untuk konsumen. Performa suatu bisnis eceran bukan dinilai dari siapa dan dimana mereka berada, melainkan berdasarkan apa yang mereka lakukan dan bagaimana mereka melakukannya untuk kepuasan konsumen.

Apakah anda siap mengikuti perubahan dan tetap menjadi pemimpin dalam bisnis anda ? Tak ada jawaban lain selain "YA". Maka rubahlah paradigma anda dan anda pasti menjadi pemenang.

Maraknya ekspansi bisnis eceran modern (retail) seperti supermarket atau minimarket yang mengancam sektor eceran tradisional, lebih disebabkan karena tidak jelasnya pelaksanaan aturan mengenai penataan zona tempat usaha sektor eceran modern. Ekspansi bisnis eceran modern bukan disebabkan adanya pelaku usaha yang melakukan persaingan usaha yang tidak sehat.

Dikatakan, pendapat atau isu yang menyatakan usaha eceran modern mengancam sektor usaha tradisional seperti pedagang tradisional, sebenarnya tidak perlu terjadi kalau pemerintah melaksanakan aturan yang jelas dalam menata zona tempat usaha sektor eceran modern.

Berkembangnya bisnis eceran di Dunia cukup tinggi. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya perusahaan yang terjun pada bisnis eceran tersebut. Banyaknya perusahaan yang terjun pada bisnis eceran , tidak lepas dari banyaknya tuntutan konsumen untuk memenuhi kebutuhannya sehingga persaingan yang terjadi semakin ketat yang pada akhirnya perusahaan yang memiliki citra yang baik yang akan mampu mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.

Adapun desain penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dan verifikatif. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode survei. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, kuisioner dan disertai observasi, sedangkan analisis data menggunakan Rank Spearman.

Prospek penjualan ruang ritel mulai triwulan IV-2008 diperkirakan masih positif, meski terjadi perlambatan pertumbuhan pasokan. Ekspansi peritel diperkirakan melambat sebagai antisipasi terhadap melemahnya daya beli masyarakat.


Retailing, menurut Blackstone, John.H..(1985:02-08)

Retail adalah suatu paket aktivitas bisnis yang menambah nilai pada produk dan jasa yang dijual untuk konsumen untuk diri mereka sendiri atau keluarga.
Retail juga melibatkan jasa penjualan seperti rental video tape atau jasa pengiriman makanan.

Retail adalah salah satu industri terbsesar di dunia. Perusahaan retail mengajukan kesempatan manajemen untuk orang yang memiliki kemampuan dan minat yang luas.

Pelajar biasanya memandang retail sebagai bagian dari marketing. Karena management jalur distribusi adalah bagian dari manufaktur. Namun retail kebanyakan mengatasi aktivitas bisnis internasional.
Retail memiliki pusat institusi finansial. Pembelian barang dan jasa; mengembangkan keuangan dan management informasi utnuk mengkontrol operasional; mengatur gudang dan sistem distribusi dan desain serta mengembangkan produk baru sama seperti aktivitas marketing, contohnya periklanan, promosi dan peneliatian pasar.

Manager Retail biasanya selalu memberikan pertimbangan lebih awal atas tanggung jawab pada karir mereka.

3 lingkungan yang patut di waspadai dalam dunia Retail:
·        Kompetisi.
·        b.Lingkungan trends dalam konsumen demografik dan gaya hidup pengembangan teknologi dan industri retail.
·        Kebutuhan, keinginan dan keputusan – proses pembuatan dari retail konsumen.



Keterangan:
  1. Kompetisi.
Kompetisi utama pengecer adalah yang mempunyai format yang serupa. Kompetisi antara pengecer yang menjual merchandise yang sama menggunakan format yang berbeda, seperti diskon dan departement store, inilah yang dinamakan intertype competition.

  1. Lingkungan Trends.
Pengecer memerlukan respon untuk gaya hidup dan lingkungan demografik dalam komunitas kita. Seperti berkembang di posisi atas dan segmen minoritas. (ini berdasarkan populasi US).
Jumlah penting dari orang-orang yang tertarik oleh posisi penjualan.

Stratergi Retail mengindikasikan bagaimana perusahaan merencanakan utnuk fokus pada sumbernya untuk menyelesaikan keobjektifitasannya.
Telah terindentifikasi:

  1. Target pasar melalui puncak dimana pengecer akan langsung mengarahkan kebutuhannya.
  2. Sumber dari merchandise dan jasa retailer akan diserahkan untuk memuaskan kebutuhan dari target pasar.
  3. Bagaimana pengecer akan membangun kemajuan jangka panjang disamping pesaing.

Fungdi Retail; lebih spesifik, komunitas mengharapkan retailer untuk menyudahi fungsi distributif klasik oleh konsumen dalam kemajuan ekonomi:

  1. Untuk menciptakan pemilihan Produk dan Jasa dapat diantisipasi dengan mmenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen/ keluarga.
  2. Untuk memberikan Produk dan Jasa dalam kuantitas yang cukup kecil untuk diri sendiri atau kebutuhan keluarga.


  1. Untuk menyediakan / melengkapi pertukaran langsung untuk nilai melalui:
  • pengerjaan yang efisien untuk transaksi.
  • Jam yang fleksibel dan penyediaan tempat.
  • Informasi yang berguna saat menentukan pilihan .
  • Harga yang kompetitif.


Menurut J.Barry Mason. (1985:09)

Retail menyertakan seluruh aktivitas yang terlibat dalam penjualan barang-barang dan jasa untuk onsumen akhir.

Retailing adalah bagian dari proses pemasaran. Pada akhirnyaretail diarahkan oleh organisasi yang berperan sebagai penengah dalam jalur distribusi. Jalur distribusi adalah interogasi sistem dimana produk dan jasa dipasarkan.

Roda Teori Retailing.
Menurut Prof Malcolm Mcnair. (1985:07)

Tipe terbaru dari institusi pengecer yang memasuki pasar sebagai Low- margin, low-price, low-status. Pada akhirnya saat peningkatan kecepatan perdagangan, mereka menyediakan jasa baru dan meningkatkan fasilitas mereka melaui proses yang memajukan pengeluaran , margin dan harga konsekuen. Roda teori telah dikritik dalam beberapa point, seperti tidak semua operasi retail memulai dari Low-cost, Low-price outlets.





Retail menurut Melvin Morgenstein dan Hsrriet Strongin.(1985:07)

Retail mencakup penjualan barang-barang dan jasa untuk konsumen akhir mereka. Individu yang membei sesuatu untuk dirinya sendiri atau keperluan rumah tangga, seseoranf yang membeli tempat pembakarang atau kursi untuk kebutuhan rumah, itulah konsumen akhir.

3 tipe utama dari bisnisnya terlibat dalam mendapatkan barang dan jasa untuk konsumen; manufaktur, wholesalers, dan retailers.

Manufaktur: Seperti general motor dan guess, membuat produk yang membuat orang   ingin membelinya.

Wholesalers: Pembelian dan distribusi manufaktur produk kepada retailers.

Retailers: Menjual barang-barang dan jasa secara langsung pada konsumen akhir.


Menurut Daniel .J. Sweeney.(1987:09)

Retailing Management melibatkan penampilan fungsi klasik dari retailing kreasi pemilihan, penjualan besar-besaran dan persediaan untuk pergantian nilai yang level labanya diterima dalam karakteristik lingkungan dengan melanjutkan perubahan yang menegangkan dan respon kompetitor untuk perubahan tersebut.




Menurut William.R.Davidson(1988:08)

    1. Kreasi pemilihan.
Merchandise dalam komunitas kita- biasanya pembeli dan penjual dari barang-barang tersebut mempunyai peraturan yang unik dalam system ekonomi kita. Para mercahnt biasanya memproduksi, bagaimanapun juga membeli barang-barang tersebut untuk tujuan dari penjualan ulang demi laba.

    1. Penjualan Besar-besaran.
Merchants akan menyerahkan produk dan jasa dalam kualitas yang cukup rendah  untuk di konsumsi secara individual atau keluarga.

Tipe Kepemilikan:
a.       Rantai Toko.
Dikarakterisasi oleh kepemilikan dari penggandaan unit retail dan pembelian terpusat dari merchandise yang sama untuk seluruh unit. Seperti sears dan Kmart.

b.Waralaba.
adalah format kepemilikan yang biasanya ditujukan untuk menggabungkan beberapa dari kemajuan bisnis kepemilikan mandiri dan rantai kepemilikan, sementara meminimalisir ketidakmajuannya.
Waralaba menyertakan hubungan kontrak antara bisnis perorangan mandiri dan sponsornya..

c.Sistem pemasaran vertikal.
Ketika dua atau lebih urutan produksi proses distribusi terjadi dibawah kepemilikan dari firma perorangan.


Sekarang retail menggunakan desain komputer dan teknologi komunikasi untuk merespon secara cepat perubahan kebutuhan konsumen.
Setiap kali kita ingin membeli sesuatu di supermarket, kita tinggal menggunakan komunikasi elektronik dan memutuskan produk mana yang nantinya akan dikirim dari gudang ke toko keesokannya.


Tren Industri Ritel Indonesia.
Menurut, Alfa Retailindo (1996: 11-50)

Seperti apa kira-kira masa depan yang akan dilalui oleh retailer di Indonesia ? Yang pasti masa depan akan lebih keras persaingannya. Untuk mempertahankan keunggulan kompetitifnya, retailer akan beroperasi dengan bentuk organisasi yang lebih ramping dan effisien. Pada masa datang retailer akan beroperasi dengan gross margin yang lebih rendah, biaya operasional lebih sedikit inventoi dengan perputaran barang yang lebih cepat.

Biaya pembelian sistem & teknologi informasi yang semakin kompetitif serta menjamurnya internet dan software pendukungnya, membuat implementasi dari Efficient Consumer Reponse (ECR) akan menjadi praktek manajemen yang umum. Proses continuous replenishment, cross docking, supply & system integration, dan teknologi barcoding akan membuat retailer beroperasi lebih effisien dan intensif teknologi. Retailer yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi akan tersingkir, dan akan digantikan oleh retailer yang beroperasi dengan dukungan teknologi yang lebih baik sehingga menghasilkan overhead yang rendah, volume tinggi, traffic tinggi dan harga yang kompetitif.
Trend konsumen masa depan adalah Pay Less, Expect More, Get More. Konsumen masa depan adalah konsumen yang memiliki ekpektasi yang lebih tinggi, meminta lebih banyak, menginginkan kualitas yang lebih tinggi dan konsisten, lebih banyak pilihan, toko yang lebih nyaman dan pelayanan yang lebih bernilai, namun dengan membayar lebih murah, waktu lebih cepat, dengan usaha dan resiko lebih rendah. Dapat diperkirakan, kompetisi selanjutnya, tidak hanya pada harga, namun menyangkut variable lain yang berkaitan dengan value atas pengalaman berbelanja pelanggan.

Di masa yang akan datang ketika transaksi virtual sudah menjadi hal yang umum, maka prasyarat sukses sebuah toko yang ditentukan oleh lokasi, lokasi dan lokasi, sudah bukan jamannya lagi. Bisa saja sebuah non-store retailing dapat mencapai sukses walaupun beroperasi dari sebuah kantor yang berlokasi di gang kecil di Jakarta.

Dalam millenium baru ini beberapa trend yang sudah dan akan terjadi di Indonesia dan memberikan dampak bagi industri retail diantaranya :
Gelombang masuknya retailer asing.
Evolusi ke Format Retail Baru

Tidak ada komentar: